SUMBANGAN / AMAL JARIAH

SUMBANGAN / AMAL JARIAH
jazakallahu khairan kathira

Thursday, May 27, 2010

Tanda-tanda Qiamat kecil

http://madinatulilmi.com/

Masyarakat dibuat geger dengan penayangan film 2012, yang dikira merupakan kisah tentang Kiamat. Yang sebenamya hanyalah kisah tentang akhir penanggalan suku Maya dan ramalan akan terjadinya kerusakan di bumi. Sudah jelas bahwa yang tahu hari akhir atau Kiamat itu hanyalah Allah.
Kiamat tidak akan langsung terjadi, melainkan ada tanda-tandanya. Diantara tanda-tanda kecil Kiamat sebagaimana disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam berbagai sabdanya adalah, banyak orang mengaku sebagai nabi, hilangnya amanat, banyaknya penguasa zhalim, minuman keras merajalela dan dianggap halal, banyak pembunuhan, banyak kemusyrikan, banyak gempa bumi, orang hina mendapat kedudukan terhormat, wanita-wanita berpakaian tetapi pada hakikatnya telanjang, dan lain-lain.

Selain tanda-tanda kecil Kiamat, masih ada lagi tanda-tanda besar, seperti datangnya AI-Mahdi, datangnya Dajjal, turunnya AI-Masih, dan lain-lain. Waktunya sangat panjang. Sekarang baru masuk pada fase tanda-tanda kecil Kiamat, itu pun masih belum seluruhnya dan belum menunjukkan tingkat kegawatan.

Kiamat kecil, misalnya bencana alam atau kematian, kita semua telah menyaksikannya. Namun kiamat kubra, yang selanjutnya kita sebut Kiamat, yakni hancumya alam secara total, mudah-mudahan kita tak mengalaminya. Sabda Nabi SAW, “Seburuk-buruk manusia adalah yang merasakan atau hidup saat terjadinya Kiamat.” (Shahih Bukhan).

Di hari itu sudah tak tersisa seorang muslim pun di muka bumi. Mereka sebelumnya telah diwafatkan dengan berembusnya angin sejuk.
Rasul SAW bersabda, “Tiada akan datang hari Kiamat selama di bumi masih ada (muslim) yang menyeru nama Allah.” (Shahih Muslim). Begitu pula sabda Rasul yang lain, `Tiada akan menimpa Kiamat selama masih ada orang yang menyebut asma Allah (dari kaum muslimin).” (Shahih Muslim).

Sebenarnya tanda-tanda kecil Kiamat dimulai dengan terutusnya Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah nabiyus sa’ah (nabi saat munculnya Kiamat). Menurut tafsir AI-Qurthubi, awal tanda Kiamat adalah diutusnya Nabi Muhammad SAW dan wafatnya. Karena beliau sebagai nabi terakhir. Tak ada di antara beliau dan hari Kiamat seorang nabi pun.

Nabi SAW bersabda, “Aku telah diutus sebagai nabi, aku dan hari Kiamat seperti ini.” Saat mengatakan itu, beliau menunjuk pada dua jari-jarinya, lalu memanjangkannya (HR Bukhari).

Sabda lainnya, “Aku menghitung adanya enam perkara di depan hari Kiamat. Di antaranya ialah kematianku (Di hadits lain disebutkan Penaklukan Baitul Maqdis dan ‘… adanya kernatian dalam jumlah besar yang menimpamu seperti layaknya kambing yang mati mendadak karena suatu penyakit’).” (HR Bukhari).

Tersebarnya Fitnah

Tanda lainnya adalah tersebarnya fitnah. Pengertian “fitnah” di sini meliputi malapetaka, ujian, dan cobaan. Selanjut nya istilah ini sering digunakan pada perkara-perkara yang mendatangkan cobaan. Penggunaan ini disebakan perkaraperkara semcam itu dibenci atau harus dihindari, seperti dosa, kufur, pembunuhan, kebakaran, dan lain-lain. Dimulai dengan terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, Perang Jamal (Unta), Perang Shiffin, Perang Hurrah antara penduduk Madinah dan Yazid bin Mu’awiyah, dan pendapat bahwa Al-Quran itu makhluk.

Nabi bersabda, “Sesungguhnya sebelum terjadinya hari Kiamat akan timbul berbagai fitnah, bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seorang masih beriman, tetapi pada sore harinya telah menjadi kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih balk daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang beriari. Karena itu pecahkan kekerasanmu, potonglah tali busurmu, dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kamu gunakan untuk melukai atau membunuh manusia). Jika salah seorang di antara kalian terlibat dalam urusan (fitnah) itu, hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putra Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil).” (HR Ahmad).

Kebanyakan fitnah itu berasal dari arah timur, tempat terbitnya tanduk setan. Menurut data sejarah, fitnah dari timur Madinah yaitu munculnya kaum Khawarij, Syi’ah, Rafidhah, Bathiniyah, Qadariyah, Jahmiyah, Mu’tazilah. Juga Majusi, Zoraster, Manawiah, AI-Oadaniyah, AlBahaiyyah, dan doktrin-doktrin lain, seperti komunis.

Di antara fitnah yang besar adalah mengikuti tata kehidupan dan tradisi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sungguh telah ada sebagian kaum muslimin yang mengikuti tata kehidupan dan tradisi kaum kufar in!, menyerupai mereka, berakhlaq dan bertingkah laku seperti mereka, serta merasa kagum dan terpesona terhadap orang-orang kafir ini. Ini merupakan kenyataan dari apa yang disabdakan Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah.
Nabi bersabda, `Tidak datang Kiamat sehingga umatku mengambil tata kehidupan orang-orang sebelum mereka sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti orang-orang Persi dan Rum (versi lain Yahudi dan Nasrani)?”
Nabi menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR Bukhari).
Sedang dalam riwayat Muslim disebutkan, “Kamu akan mengikuti tata kehidupan orang-orang sebelum kami sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta; sehingga seandainya mereka memasuki lubang biawak, niscaya kamu juga mengikutinya.”

Munculnya Pembohong-pembohong Besar

Fenomena lainnya adalah munculnya pembohong-pembohong besar. Dan puncaknya, ada di antara kaum muslimin yang terjerumus mengaku sebagai nabi. “Tidak akan datang Kiamat sehingga dibangkitkan pembohong-pembohong besar yang jumlahnya mendekati tiga puluh orang, masing-masing mengaku sebagai utusan Allah.” (HR Bukhari).

Fenomena nabi palsu dimulai dengan munculnya Musailamah Al-Kadzdzab di zaman Rasulullah SAW, dan Ahmad Ghulam Ahmad di zaman modern, sedang di Indonesia ada juga beberapa orang yang mengaku nabi.

Hilangnya Amanah

Lenyapnya amanah termasuk salah satu tanda kecil Kiamat. Nabi bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan, tunggulah kedatangan hari Kiamat.”
Abu Hurairah bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakan itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, tunggulah datangnya hari Kiamat.” (HR Bukhari).

Kebodohan Merajalela

Setelah amanah lenyap, berikutnya ilmu dihilangkan dan kebodohan merajalela. Ti antara tanda-tanda akan datangnya Kiamat ialah dihilangkannya ilmu (tentang ad-din, agama) dan tetapnya kejahilan.” (HR Bukhari).
Maksud hadits ini, dijelaskan oleh Rasulullah, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (tentang ad-adin) dengan serta merta dari hamba-Nya, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematikan para ulama. Apabila tidak ada orang yang alim (mengerti tentang addin), orang-orang pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang jahil, lantas mereka ditanya, kemudian memberikan fatwa tanpa berdasarkan ilmu, sehingga mereka sendiri sesat dan menyesatkan.”

Masyarakat yang tanpa ilmu akan melahirkan diktator yang zhalim, begitu juga aparat-aparat yang mendukungnya. “Besok pada akhir zaman akan muncul orang-orang lelaki dari kalangan umat ini membawa cemeti (lambang senjata) seperti (cemeti) seekor sapi, pada pagi dan petang hari mereka selalu dalam kemurkaan dan kebencian Allah.” (HR Ahmad).
Karena pemimpinnya senang pada kezhaliman, masyarakatnya pun banyak yang bermaksiat. Di antaranya merajalelanya perzinaan, pembunuhan, penyakit bakhil, riba, minum minuman keras, dan lain-lain.

Masjid Megah Sekadar Kebanggaan

Masyarakat dan penguasa membangun bangunan yang megah-megah. Pernah Rasulullah memancing tanya kepada Malaikat Jibril kapan datangnya Kiamat.
“(Aku sendiri tidak tahu), tetapi aku akan memberitahukan kepadamu tandatandanya.” Lalu Malaikat Jibril menyebutkan antara lain, “Apabila penggembalapenggembala ternak sudah berlombalomba dalam membuat bangunan (rumah dan sebagainya), itu termasuk tanda-tanda telah dekatnya hari Kiamat.”
Kaum muslimin tidak hanya mendirikan bangunan-bangunan umum yang megah, melainkan juga masjid-masjid yang megah, namun mereka tidak mau meramaikan masjid dengan ibadah. Jadi masjid yang megah itu hanya dijadikan bangga-banggaan.

‘Tidak akan datang Kiamat sehingga manusia bermegah-megah dalam membangun masjid.” (HR Ahmad). Ti antara tanda-tanda telah dekatnya Kiamat ialah orang-orang bermegah-megahan dalam membangun masjid.” (HR An-Nasa’i).

HambaPerempuan Melahirkan Tuannya

Suatu waktu, Nabi bersabda, “Dan akan saya beri tahukan kepadamu tandatanda hari Kiamat itu, ialah apabila budak perempuan melahirkan tuannya.” (HR Bukhari).
Banyak yang tidak paham tentang hal ini. Muncul empat pendapat. Pertama, kaum muslimin memiliki budak perempuan, dan anaknya akan menjadi tuan bagi ibunya. Kedua, para tuan menjual budak ibu (yang melahirkan anak-anaknya), kemudian anaknya membeli budak ibu itu karena tidak tahu. Ketiga, dalam arti majasi, kiasan, banyak anak durhaka yang memperbudak ibu kandungnya sendiri. Keempat, budak-budak perempuan yang menjadi ibu dari anak-anak majikannya, yang pengertiannya sekarang statusnya seperti istri simpanan atau gundik.

Terlalu Sibuk dengan Urusan Duniawi

Kita sekarang sering mengatakan, waktu begitu singkat. Nabi bersabda, “Tidak akan datang Kiamat sehingga waktu semakin berdekatan (semakin singkat). Setahun seperti sebulan, sebulan seperti sepekan, sepekan seperti sehari, sehari seperti sejam, dan sejam seperti hanya sekejap.” (HR Ahmad, Imam Bukhari).
Hadits di atas ditafsirkan macammacam. Ada yang mengatakan, manusia terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawi, sehingga dirasakan waktu begitu sempit. Ada yang berpendapat, karena sedikitnya barakah.

Binatang yang Berbicara

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Seekor srigala datang kepada penggembala kambing, lalu ia menerkam seekor kambing, lantas penggembala itu merebutnya hingga lepas darinya.
Kemudian srigala itu duduk dan memasukkan ekornya di antara kedua pahanya hingga menempel di perutnya, seraya berkata, `Engkau sengaja merebut rizqi yang diberikan Allah kepadaku hingga terlepas dariku.’

Kemudian lelaki itu berkata, ‘Demi Allah, aku tidak pernah melihat peristiwa seperti pada hari ini, yaitu ada srigala yang dapat berbicara.’

Srigala itu menimpali, ‘Yang lebih mengherankan lagi daripada ini ialah ada lelaki di tengah pepohonan kurma yang berada di antara dua bidang tanah yang tak berpasir, yang memberitahukan kepadamu tentang sesuatu yang telah terjadi dan akan terjadi sesudahmu, padahal dia itu seorang Yahudi.’

Lalu lelaki itu datang kepada Nabi SAW, menceritakan peristiwa itu.
Kemudian Nabi membenarkan seraya bersabda, ‘Benar (peristiwa itu). Demi Allah, yang diriku ada di dalam kekuasaan-Nya, tidak akan datang hari Kiamat sehingga ada binatang buas yang berkata kepada manusia, dan tali gantungan cemeti dan tali sandal seseorang berkata kepadanya, dan pahanya memberitahukan kepadanya apa yang diperbuat keluarganya sesudah kepergiannya’.” (HR Ahmad).

Wednesday, May 26, 2010

Ciri-ciri Utama Orang Bertakwa

Seperti yang kita ketahui bahawa segala bentuk ibadah kepada Allah SWT di dalam ajaran Islam adalah untuk membina manusia menjadi insan yang bertakwa.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai sekalian manusia! Beribadahlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang terdahulu (daripada kalian), supaya kamu (menjadi orang-orang yang) bertakwa.” (TMQ Al-Baqarah[2]: 21)

Hal ini termasuklah ibadah puasa yang dilakukan sepanjang bulan Ramadhan, adalah semata-mata untuk melahirkan insan yang bertakwa. Persoalannya adalah, apakah kriteria yang sebenarnya untuk menjadi insan yang bertakwa di sisi Allah SWT? Di dalam Al-Quran terdapat banyak sekali ayat yang menggambarkan ciri-ciri orang yang bertakwa. Misalnya firman Allah SWT:

“Dan tidak (dinamakan) kehidupan dunia melainkan permainan yang sia-sia dan hiburan yang melalaikan: dan Demi Sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh itu, tidakkah kamu mahu berfikir?” (TMQ Al-An’am[6]: 32)

Berdasarkan ayat di atas, jelas sekali bahawa Allah SWT menghendaki sesiapa yang ingin mendapatkan status takwa dalam dirinya agar memandang bahawa kehidupan di akhirat yang kekal dan hakiki, adalah lebih baik daripada kehidupan di dunia yang fana dan menipu. Hal ini sejajar dengan gambaran di dalam ayat yang lain, iaitu:

“Dan (ingatlah bahawa) kehidupan dunia ini (meliputi Segala kesenangan dan kemewahannya, jika dinilaikan Dengan kehidupan akhirat) tidak lain hanyalah ibarat hiburan dan permainan; dan sesungguhnya negeri akhirat itu ialah kehidupan Yang sebenar-benarnya; kalaulah mereka mengetahui (hakikat ini tentulah mereka tidak akan melupakan hari Akhirat)”. (TMQ Al-Ankabut[29]: 64)

Allah SWT menghendaki agar orang yang bertakwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh kesungguhan. Ini kerana, di sanalah kehidupan hakiki yang akan dijalani oleh manusia. Sedangkan di dunia, Allah SWT menghendaki agar orang yang bertakwa untuk bersikap sewajarnya dan tidak lalai dalam usaha untuk meraih keberhasilan dunianya. Ini kerana Allah SWT menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai tempat di mana manusia hanya sekadar bermain-main dan bersenda-gurau.

Di dunia, pada hakikatnya manusia tidak akan pernah meraih kebahagiaan dan penderitaan yang bersifat hakiki. Ini kerana, hanya di Syurgalah tempat yang hakiki bagi para pemilik kebahagiaan. Manakala neraka adalah tempat bagi pemilik penderitaan yang sebenarnya. Maka dari itu, alangkah naif, hina dan ruginya bagi orang yang sanggup mempertaruhkan kehidupan abadinya di akhirat kelak dengan alasan ingin merebut keberhasilan dunia. Sungguh orang-orang yang hidup dengan pemikiran sekular seperti itu tentu akan sangat menyesal ketika ia menyedarinya kesalahannya di akhirat kelak. Pada hari itu (hari hisab), penyesalan atas kekeliruan mereka sudah terlambat dan tidak akan berguna bagi mereka.

“Dan mereka berkata: Kalaulah Kami dahulu mendengar dan memahami (sebagai orang Yang mencari kebenaran), tentulah Kami tidak termasuk Dalam kalangan ahli neraka. Akhirnya mereka mengakui dosa-dosa mereka (sebagai orang-orang Yang kufur ingkar), maka tetaplah JauhNya rahmat Allah dari ahli neraka.” (TMQ Al-Mulk[67]: 10-11)

Maka benarlah ketika Allah SWT memerintahkan Nabi SAW agar menjauhkan dari golongan pencinta dunia. Sebab mereka tidak pernah peduli dengan peringatan yang datang dari Allah dan RasulNya.

“Oleh itu, janganlah Engkau (Wahai Muhammad) hiraukan orang yang berpaling dari pengajaran kami, dan tidak mahu melainkan kehidupan dunia semata-mata. (Kepentingan dunia) itulah sahaja tujuan terakhir daripada pengetahuan yang dicapai oleh mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalannya, dan Dia lah jua Yang lebih mengetahui akan orang Yang mendapat hidayah petunjuk.” (TMQ An-Najm[53]: 29-30)

Nabi SAW juga memperingatkan dengan jelas dalam sebuah hadisnya tentang kesan negatif pemburu dunia.


مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ
“Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya, nescaya Allah SWT mencerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran di hadapan kedua matanya dan Allah tidak memberinya dari harta dunia ini, kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah, 4095)

Di sisi lain, Nabi SAW pula menjelaskan manfaat yang diperoleh bagi orang bertakwa, yang menjadikan akhirat sebagai tumpuan utamanya.

“Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai keinginannya, nescaya Allah SWT kumpulkan baginya urusan(dunia)-nya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimana pun keadaannya.” (HR Ibnu Majah, 4095)

Tuesday, May 25, 2010

CUKUP DAHSYAT TAPI SUDAH SEDARKAH??

Setelah memikirkan berkali-kali baris-baris ayat di bawah, saya tidak boleh menunggu lagi kecuali mesti dengan segera menghebahkannya kepada sekalian umat berkenaan betapa dahsyatnya hukuman bagi kesalahan ini.

Tidak dinafikan, sudah diketahui umum, syirik adalah dosa terbesar di dalam Islam. Ia disebutkan dengan jelas dari ayat

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء
Ertinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan barangsiapa yang mensyirikkannya, dan (Allah) akan boleh mengampunkan dosa-dosa yang lebih rendah dari syirik."

Namun, setelah memikirkan berkali-kali baris-baris ayat di bawah, saya tidak boleh menunggu lagi kecuali mesti dengan segera menghebahkannya kepada sekalian umat berkenaan betapa dahsyatnya hukuman bagi kesalahan ini.

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُواْ إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَن جَاءهُ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِ فَانتَهَىَ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Ertinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ( Al-Baqarah : 275 )

Itulah kengerian hukuman Allah swt terhadap satu dosa selain syirik. Itulah pengamal riba setelah pengharamannya.

Cuba kita sama-sama petikan penutup ayat di atas

وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Ertinya : Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya

Imam Ibn Kathir ketika mentafsirkan lafaz ini menyebut :-

ومن عاد أي إلى الربا ففعله بعد بلوغه نهى الله عنه فقد استوجب العقوبة
Ertinya : Lafaz "barangsiapa mengulangi" ertinya kembali terlibat dengan riba hingga terjebak dalamnya walalupun setelah datangnya hukum larangan Allah darinya, hasilnya wajiblah bagi mereka hukuman keras" (Tafsir Al-Quran Al-‘Azim, 1/328)

Berdasarkan dalil-dalil hadis, para ulama membuat kesimpulan bahawa setiap umat Islam yang mengucap dua kalimah shahadah, sebanyak manapun dosa yang dilakukan di atas dunia, mereka akan dihumbankan ke dalam neraka, terkurung didalamnya untuk satu tempoh yang layak bagi dosa mereka, kemudian mereka akan dikeluarkan darinya dengan syafaat Nabi Muhammad s.a.w dalam keadaan mati, kemudian ditempatkan di dalam sungai kehidupan, lalu hiduplah kembali. Semua ini dicatatkan dalam hadis. (Syarah Sohih Muslim, An-Nawawi, 3/36 )

Selanjutnya Imam An-Nawawi mengulas terdapat lima jenis syafaat yang diberikan kepada Nabi Muhammad s.a.w di akhirat kelak iaitu ( Syarah Sohih Muslim, 3/36) :-

1) Memberi tenang dan rehat dari hiruk pikuk mahsyar dan menyegerakan seseorang untuk masuk ke Syurga. Syafaat ini khusus untuk Nabi Muhammad s.a.w.

2) Memasukkan seseorang ke Syurga tanpa hisab, peruntukan syafaat ini juga terdapat untuk Nabi Muhammad s.a.w.

3) Kaum yang wajib dihumban di neraka boleh diselamatkan oleh Nabi s.a.w

4) Mengeluarkan kaum yang sedang diazab di neraka untuk kembali ke Syurga kecuali bagi mereka yang mati dalam keadaan kafir.

5) Peningkatan darjat di syurga agar mendapat tahap syurga yang lebih baik.

Sedarkah ?!

Namun sedarkah kita dan mereka di sekeliling kita, keluarga, rakan dan lainnya bahawa, berterusan dalam dosa riba boleh menyebabkan seseorang itu dianggap menghalalkan riba setelah pengharamannya lalu jatuh kafir mereka itu, tatkala itu matinya mereka adalah dengan hati kekafiran hingga terkeluar dari senarai mereka yang boleh mendapat syafaat nabi Muhammad s.a.w.

Berhati-hatilah dan amat wajib bagi semua muslim yang meyakini ada maut untuk menjauhi riba. Kita amat bimbang, ketidakpedulian itu adalah merupakan satu keingkaran terhadap hukum haramnya. Seterusnya boleh mejatuhkan seseorang dalam kekafiran tanpa sedar hingga melayakkan seseorang itu kekal di neraka. Nabi juga tidak mempunyai peruntukan untuk memberi bantuan (syafaat) kepada golongan sebegitu. Moga kita semua dipelihara oleh Allah swt.

Inilah yang diulas oleh Imam Fakhruddin Ar-razi apabila beliau menghurauikan maksud ‘orang yang kembali' dalam ayat di atas sebagai :-

فالمعنى ومن عاد إلى استحلال الربا حتى يصير كافراً
Ertinya : erti ayat "barangsiapa yang kembali" (di atas, adalah bermakna mereka kembali menghalalkan riba sehingga mereka itu jadi kafir. ( Tafsir Al-Kabir, 7/82)

Akhirnya, alasan sibuk, malas, belum sampai seru, nanti dan pelabagi pagi alasan orang di zaman ini dari berubah dari pinjaman rumah riba, kereta riba, kad kredit riba, akaun simpanan riba, insuran riba, skim riba, pelaburan riba, mahal sikit la, leceh proses, belum ada masa dan pelbagai lagi TIDAK WAJAR SAMA SEKALI wujud dalam hati individu yang bernama MUKMIN MUSLIM.

Itu pun jika ingin selamat diakhirat, jika tidak..tunggulah bila waktunya tiba.

Sekian

Zaharuddin Abd Rahman
www.zaharuddin.net
ORIGINAL ARTICLE : http://www.zaharuddin.net/content/view/702/98/

Monday, May 24, 2010

Taati ibu jika mahu syurga

Oleh MUHAMMAD HATIM

Ibu adalah wanita yang dimuliakan oleh Allah sebagaimana yang tercatat dalam kitab suci al-Quran. Berdasarkan sebuah hadis, umat manusia percaya, syurga itu di bawah telapak kaki ibu. Amat besar dosa derhaka terhadap ibu.Bahkan dikatakan darjat ibu tiga kali lipat dibandingkan ayah dalam hal penghormatan anak kepada kedua orang tuanya.

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. dan berkata:

Wahai Rasulullah: “Saya ingin berjihad (berjuang) menegakkan agama Allah.” “Apakah ibumu masih hidup?” orang itu menjawab: “Ya”. Rasulullah s.a.w bersabda. “Tetaplah engkau berada dekat di kaki ibumu itu, di sanalah syurga berada.” (Riwayat at-Thabrani)

Apa yang sangat membanggakan manusia bahawa Allah s.w.t telah menceritakan kisah ibu dalam kitab suci al-Quran, dengan cara yang amat menyenangkan sekali. Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:

“Maka Kami kembalikannya (Musa) ke pangkuan ibunya supaya menyenangkan hatinya dan tidak berduka.” (al-Qasasb : 13)

Alangkah besarnya rahmat Allah terhadap ibu. Dengan anugerah ini dapatlah ibu hidup lebih bahagia dengan menyusukan anak sendiri dan mengasuhnya sehingga besar dengan perbelanjaan dari istana. Sebab dengan menjadi pengasuh dan menyususkan anak raja (Musa) itu, ibu Musa sekeluarga telah dihormati oleh seluruh penduduk Mesir.

Pengorbanan ibu adalah tidak dapat diukur dan dibandingkan. Ia adalah melebihi daripada segala pengorbanan.Ada satu kisah dan ikhtibar yang boleh dipetik daripada sebuah hadis yang bermaksud:

“Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: seorang yang bernama Juraij (seorang abid dari kalangan bani Israel) sedang mengerjakan ibadat disebuah tempat peribatan. Lalu ibunya datang memanggilnya. Humaid berkata: Abu Rafi’ pernah menerangkan kepadaku mengenai bagaimana Abu Hurairah meniru gaya seorang ibu Juraij ketika memanggil anaknya, sebagaimana beliau mendapatkannya daripada Rasulullah s.a.w, iaitu meletakkan tangannya di bahagian kepala antara dahi dan telinga serta mengangkat kepalanya: Hai Juraij! Aku ibumu, jawablah panggilanku. Ketika itu perempuan tersebut mendapati anaknya memulai solat. Dengan keraguan Juraij berkata kepada diri sendiri. Ya Tuhan, ibuku atau solatku. Tetapi Juraij telah memilih untuk meneruskan solatnya. Tidak berapa lama kemudian, perermpuan tersebut pergi untuk yang kedua kalinya. Ia memanggil: Hai Juraij! Aku ibumu, jawablah panggilanku. Juraij bertanya lagi kepada diri sendiri: Ya Tuhan, ibuku atau solatku. Tetapi, ia masih lagi memilih untuk meneruskan solatnya. Oleh kerana terlalu kecewa akhirnya peermpuan itu berkata: Ya Tuhan, sesungguhnya Juraij adalah anakku. Aku sudah memanggilnya berulang kali, namun ternyata ia enggan menjawabku. Ya Tuhan, janganlah Engkau matikan ia sebelum mendapat fitnah yang disebabkan oleh perempuan pelacur. Pada suatu hari, seorang pengembala kambing sedang berteduh di tempat peribadatan Juraij yang letaknya jauh terpencil dari orang ramai. Tiba-tiba datang seorang prempuan dari sebuah dusun yang juga sedang berteduh di tempat itu. Kemudian keduanya melakukan perbuatan zina, sehingga melahirkan seorang anak. Ketika ditanya oleh orang ramai: Anak siapakah ini? Perempuan itu menjawab: Anak dari penghuni tempat peribadatan ini. Lalu orang ramai berduyun-duyun datang kepada Juraij. Mereka membawa besi tajam seraya berteriak memanggil Juraij yang sedang solat. Maka sudah tentu Juraij tidak melayani panggilan mereka, akhirnya mereka merobohkan bangunan tempat ibadat itu. Tatkala melihat keadaan itu, Juraij keluar menemui mereka. Mereka berkata kepada Juraij, “Tanyalah anak ini!” Juraij tersenyum, kemudian mengusap kepala anak tersebut dan bertanya “Siapakah bapamu?” Anak itu tiba-tiba menjawab, “Bapaku adalah seorang pengembala kambing.” Setelah mendengar jawapan jujur dari anak tersebut, mereka kelihatan menyesal, lalu berkata: “Kami akan mendirikan tempat peribadatan yang kami robohkan ini dengan emas dan perak,” Juraij berkata. “Tidak perlu, biarkan ia menjadi debu seperti asalnya. Kemudian Juraij meninggalkannya.” (Riwayat al-Bukhari)

Kisah singkat dalam hadis ini menunjukkan betapa ampuhnya doa seorang ibu yang dekat dengan Allah, doanya dapat dikabulkan segera. Allah lebih mendahulukan kepentingan ibu daripada hak-Nya untuk disembah.

Atas dasar hadis-hadis inilah umat Islam menyedari bahawa darjat ibu lebih tinggi dari ayah dalam menperolehi pengabdian anak kepada mereka masing-masing. Tidak diragukan bahawa ibu secara alamiah memiliki peranan yang cukup strategik dalam mendidik anak sejak kecil hinggalah dewasa.

Syariat Sa’ie di antara bukit Safaa dan Marwah dalam ibadat haji dan umrah ialah memperingati peristiwa yang berlaku kepada Siti Hajar (bonda Nabi Ismail) dan mengekalkan gerak laku seorang ibu, yang mana penuh sabar dan tabah hati mencari air untuk menghilangkan dahaga anaknya.

Pengorbanan ini adalah bukti yang nyata bahawa Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada ibu, telah memberi penghargaan yang abadi dengan disyariatkan peristiwa yang dilakukan oleh ibu ini dalam salah satu rukun Islam yang kelima.

Justeru itu, kita diperentahkan untuk memohonkan rahmat llahi yang tidak bertepi itu kepada kedua ibubapa kita.Adalah wajar kita memohon untuk keduanya agar menperolehi lebih banyak dari yang kita perolehi,menbalas budi mereka melebihi budi mereka kepada kita. Bukankah kita diperentahkan untuk melakukan ihsan terhadap mereka berdua.

Nyata dan jelas sebabnya mengapa Islam memberi penghormatan ini kepada wanita yang dipanggil ibu itu. Tidak lain kerana kedudukannya yang penting dan peranannya dalam setiap kehidupan manusia adalah amat besar. Wanita itulah yang menjadi sumber alam yang pertama bagi permulaan sesuatu kehidupan manusia setelah mereka keluar dari alam zuriat.

Ibn Batutta menyatakan seseorang ibu itu berhak menerima kebaikan daripada anaknya kerana susah payah yang dialaminya sendirian ketika hamil, bersalin dan ketika menyusukannya. Manakala bapa berhak menerima kebaikan daripada anaknya kerana kerjasamanya dengan ibu dalam memberi nafkah dan mendidik anak-anak.

Al-Qurtubi, seorang pakar tafsir menunjukkan bahawa ibu adalah orang yang paling berhak menerima kebaikan yang berupa kasih sayang dan perhormatan daripada anak-anaknya iaitu sebanyak tiga kali ganda jika dibandingkan dengan kebaikan yang berupa kasih sayang dan penghargaan yang berhak diterima oleh seorang bapa daripada anak-anaknya. Rasulullah s.a.w. menyebut perkataan ibu sebanyak tiga kali sedangkan bapa hanya sekali sahaja iaitu pada kali yang terakhir (keempat). Al-Qurtubi menyatakan, jika berlaku pertembungan keperluan antara bapa dan ibu dalam mendapat khidmat anaknya, maka ibulah yang lebih berhak diutamakan.

Namun begitu, ibu tidak akan dapat menikmati kebaikan, kasih sayang dan penghargaan daripada anaknya, sekiranya dia gagal mendidik dan membimbing anak-anaknya dengan sempurna mengikut lunas-lunas yang dikehendaki oleh syarak. Menghormati ibu, mentaatinya, sedia berkhidmat kepadanya, tidak mengingkari perintahnya kecuali pada perkara yang bertentangan dengan syarak, adalah menjadi sebab seseorang itu dapat masuk ke syurga.

Tuesday, May 18, 2010

CINTA KERANA ALLAH

Cinta kerana Allah adalah mencintai hamba Allah kerana keimanannya dan ketaatan kepada Allah SWT.

Keutamaan Cinta Kepada Orang Beriman

Mencintai orang-orang beriman yang senantiasa taat kepada Allah, sangat besar pahalanya. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

«إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُولُ: يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِ الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي؟»

Sesungguhnya kelak pada Hari Kiamat Allah akan berfirman, “Di mana orang-orang yang saling mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepadanya dalam naunganKu di saat tidak ada naungan kecuali naunganKu”

Diriwayatkan hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَ لاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ»

Demi Allah, kalian tidak akan masuk syurga sehingga kalian beriman. Tidak sempurna keimanan kalian sehingga kalian saling mencintai. Adakah kalian mahu aku tunjukkan sesuatu, yang mana jika kalian melakukannya nescaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian! (HR. Muslim).

Dalil yang dimaksudkan di dalam hadis ini adalah sabda Rasulullah SAW, “Tidak sempurna keimanan kalian sehingga kalian saling mencintai”. Hadis ini menunjukkan tentang besarnya pahala saling mencintai kerana Allah.

Hadis dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:

«لاَ يَجِدُ أَحَدٌ حَلاَوَةَ اْلإِيمَانِ حَتَّى يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ...»

Sesiapa pun tidak akan merasakan manisnya iman, sehingga ia mencintai seseorang hanya kerana Allah semata. (HR. Bukhari).

Hadis dari Abu Dzar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban, ia berkata:

«يَا رَسُولَ اللهِ، الرَجُلُ يُحِبُّ القَوْم لاَيَسْتَطِيْعُ أَنْ يَعْمَلَ بِأَعْمَالِهِم، قَالَ: أَنْتَ ياَ أَبَا ذَرٍ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ: قُلْتُ فَإِنِّي أُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ يُعِدُها مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ»

Wahai Rasulullah, bagaimana jika ada seseorang yang mencintai suatu kaum tapi tidak mampu beramal seperti mereka? Rasulullah SAW bersabda, “Engkau wahai Abu Dzar, akan bersama siapa sahaja yang engkau cintai.” Abu Dzar berkata; maka aku berkata, “Sungguh, aku mencintai Allah dan RasulNya.” Abu Dzar mengulanginya sebanyak satu atau dua kali.

Hadis Muadz bin Anas Al-Jahni bahawa Rasulullah SAW bersabda:

«مَنْ أَعْطَى ِللهِ وَمَنَعَ ِللهِ وَأَحَبَّ ِللهِ وَأَبْغَضَ ِللهِ وَأَنْكَحَ ِللهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ إِيمَانَهُ»

Sesiapa sahaja yang memberi kerana Allah, menolak kerana Allah, mencintai kerana Allah, membenci kerana Allah, dan menikah kerana Allah, maka bererti ia telah sempurna imannya. (HR. Al-Hakim).

Manifestasi Cinta kerana Allah

1. Disunahkan orang yang mencintai saudaranya kerana Allah untuk memberitahukan cintanya kepada orang yang dicintainya. Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

«إِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ»

Jika seseorang mencintai saudaranya kerana Allah, maka kabarkanlah bahawa ia mencintainya.

2. Disunahkan mendoakan saudara yang dicintainya ketika tidak bersamanya. Diriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

«مَنْ دَعَا ِلأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ»

Barang siapa yang mendoakan saudaranya pada saat ia tidak bersamanya, maka malaikat yang diamanahkan untuk menjaga dan mengawasinya berkata, “Semoga Allah mengabulkan; dan bagimu semoga mendapat yang semisalnya.” (HR. Muslim).

3. Disunahkan meminta doa dari saudaranya. Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan bahawa Umar bin Khatab berkata: Aku meminta izin kepada Nabi SAW untuk umrah, kemudian beliau memberikan izin kepadaku dan bersabda:

«لاَ تَنْسَنَا يَا أَخِيْ مِنْ دُعَائِكَ»

“Wahai saudaraku, engkau jangan melupakan kami dalam doamu.”

4. Disunahkan mengunjungi orang yang dicintai, duduk bersamanya, saling menjalin persaudaraan, dan saling memberi kerana Allah, setelah mencintaiNya. Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah SAW bersabda:

«أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللهُ تَعَالَى لَهُ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا عَلَيْهِ؟ قَالَ: لاَ، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ تَعَالىَ، قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ»

Sesungguhnya ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di kota lain. Kemudian Allah memerintahkan Malaikat untuk mengikutinya. Ketika malaikat sampai kepadanya, ia berkata, “Engkau hendak ke mana?” Orang itu berkata, “Aku akan mengunjungi saudaraku di kota ini.” Malaikat berkata, “Apakah ada hartamu yang dikelola olehnya?” Ia berkata, “Tidak ada, hanya saja aku mencintainya kerana Allah.” Malaikat itu berkata, “Sesunggunya aku adalah utusan Allah kepadamu. Aku diperintahkan untuk mengatakan bahawa Allah sungguh telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai saudaramu itu kerana Allah.”

5. Senantiasa berusaha membantu memenuhi keperluan saudaranya dan bersungguh-sungguh menghilangkan kesusahannya. Hal ini berdasarkan hadis Mutafaq 'alaih dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda:

«الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, ia tidak akan menzaliminya dan tidak akan membiarkannya binasa. Barangsiapa berusaha memenuhi keperluan saudaranya maka Allah akan memenuhi perluannya. Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari seorang muslim maka dengan hal itu Allah akan menghilangkan salah satu kesusahannya kelak di Hari Kiamat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya di Hari Kiamat.

6. Disunahkan menemui orang yang dicintai dengan menampakkan (menzahirkan) perkara yang disukainya untuk menggembirakannya. Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab As-Shagir, Rasulullah SAW bersabda:

«مَنْ لَقِيَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ بِمَا يُحِبُّ لَيَسُرَّهُ بِذَالِكَ, يُرِهِ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

Barangsiapa yang menemui saudaranya yang muslim dengan menampakkan perkara yang disukainya kerana ingin membahagiakannya, maka Allah akan memberikan kebahagiaan kepadanya di Hari Kiamat.

7. Disunahkan seorang muslim menemui saudaranya dengan wajah yang berseri-seri. Diriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda:

«لاَتَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْأً، وَلَوْ أَنْ تَلْقَي أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ »

Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau sekadar bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri (HR. Muslim).

8. Disunahkan seorang muslim memberikan hadiah kepada saudaranya, berdasarkan hadis bahawa Rasulullah saw bersabda:

«وَتَهَادُوْا تَحَابُّوْا»

Kalian harus saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai. (HR. Bukhari).

9. Disunahkan menerima hadiah yang diberi saudaranya dan membalasnya. Dasarnya adalah hadis daripada Aisyah riwayat Bukhari, ia berkata:

«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيْبُ عَلَيْهَا»

“Rasulullah SAW pernah menerima hadiah dan membalasnya. “

Termasuk memberikan balasan hadiah yang setimpal adalah jika seorang muslim mengatakan kepada saudaranya, “Jazakallah Khairan”, ertinya semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Tirmidzi meriwayatkan dari Usamah bin Zaid, bahawa Rasulullah SAW bersabda:

«مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ»

Barangsiapa diberi kebaikan kemudian ia berkata kepada orang yang memberi kebaikan, “Jazakallah Khairan” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh dia telah memberikan pujian yang sangat baik.

10. Harus berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kebaikan kepadanya. Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda:

«مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفِرْقَةُ عَذَابٌ»

Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan dapat mensyukuri nikmat yang banyak. Barangsiapa yang tidak dapat bersyukur kepada orang, maka ia tidak akan dapat bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah sama dengan bersyukur. Dan tidak membicarakan kenikmatan bererti mengingkari nikmat. Berjemaah adalah rahmat, bercerai berai adalah azab.

11. Disunahkan membela saudaranya untuk mendapatkan kemanfaatan dari suatu kebaikan atau untuk memberikan kemudahan dari suatu kesulitan. Diriwayatkan bahawa Rasulullah SAW jika didatangi peminta-minta (pengemis), maka baginda suka berkata:

«اِشْفَعُوْا فَلْتُؤْجَرُوْا وَيَقْضِي اللهُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ»

Belalah dia, maka kalian akan diberikan pahala. Dan Allah akan memutuskan dengan lisan nabiNya tentang perkara yang ia kehendaki. (HR. Bukhari).

12. Wajib memberi kemaafan terhadap saudaranya. Diriwayatkan Ibnu Majah bahawa Rasulullah SAW bersabda:

«مَنْ اعْتَذَرَ إِلَى أَخِيهِ بِمَعْذِرَةٍ فَلَمْ يَقْبَلْهَا كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ خَطِيئَةِ صَاحِبِ مَكْسٍ»

Barangsiapa yang mengajukan permintaan maaf kepada saudaranya dengan suatu alasan tapi ia tidak menerimanya, maka ia akan mendapat kesalahan seperti kesalahan pemungut pajak.

13. Wajib menjaga rahsia seorang muslim. Diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

“Jika seseorang berkata kepada orang lain dengan suatu perkataan kemudian ia menoleh (melihat sekelilingnya), maka pembicaraan itu adalah amanah”.

14. Wajib memberi nasihat. Imam Muslim telah mentakhrij dari Abu Hurairah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

«حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ»

Hak muslim ke atas muslim yang lain ada enam. Dikatakan, “Apa yang enam itu, Ya Rasulallah?” Rasul SAW bersabda, “Apabila engkau bertemu dengan saudara muslim yang lain, maka ucapkanlah salam kepadanya; Apabila ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya; Apabila ia meminta nasihat kepadamu, maka berikanlah nasihat kepadanya; Apabila ia bersin dan mengucapkan al hamdu lillah, maka ucapkanlah yarhamukallah; Apabila ia sakit maka ziarahlah; Apabila ia meninggal dunia, maka hantarkanlah sampai ke kuburnya.”

Khatimah

Semoga dengan melaksanakan petunjuk Rasulullah SAW dalam mencintai seorang hamba keranaNya, kita dicintai Allah SWT sebagaimana hadis dari Umar bin Al-Khathab, bahawa Rasulullah SAW bersabda: Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan nabi dan bukan syuhada, tapi para nabi dan syuhada tertarik dengan kedudukan mereka di sisi Allah. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa mereka dan bagaimana amal mereka? Semoga saja kami dapat mencintai mereka.” Rasulullah SAW bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai nikmat dan kurnia yang diberikan oleh Allah. Mereka tidak memiliki hubungan nasab dan tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama. Demi Allah keberadaan mereka adalah cahaya dan mereka kelak akan ada di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak berasa takut ketika banyak manusia berasa takut. Mereka tidak bersedih ketika banyak manusia bersedih.” Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman Allah:
]أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ[

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (TMQ. Yunus [10]: 62).

Tuesday, May 11, 2010

Lesen Judi Piala Dunia Menyanggahi Fikiran Bertamadun

Kenyataan Timbalan Menteri Kewangan Datuk Awang Adek Hussein bahawa pihak Kerajaan Pusat mempertimbangkan untuk mengeluarkan lesen judi sempena Piala Dunia 2010 demi mengelakkan berleluasa kegiatan judi haram adalah satu kenyataan yang memalukan dan amat menyalahi cara fikir yang lurus. Saya ingin tegaskan hal ini berasaskan perkara berikut;

1. Dari segi Islam adalah menjadi asas bahawa ‘tindakan pemerintah terikat dengan maslahah’. Maslahah dalam konteks ini adalah kepentingan atau kebaikan rakyat dan negara itu sendiri. Ini seperti juga yang disebut oleh al-Imam al-Syafi’i r.h:

“Kedudukan pemerintah di sisi rakyat bagaikan kedudukan penjaga anak yatim” (lihat: Al-Sayuti, al-Asybah wa al-Nazair).

Apakah memberikan lesen judi itu memberikan kebaikan atau mempunyai kepentingan umum rakyat? Atau ia hanya kepentingan segelintir taukeh dan kaki judi semata?! Jika ia tidak memulangkan kepentingan umum atau kebaikan kepada rakyat maka itu bukan tindakan pemerintah yang bertanggungjawab.

2. Tidak dinafikan judi dan arak memang mempunyai keuntungan dan beberapa manfaat untuk pihak-pihak tertentu. Namun, ancaman dan bahayanya jauh lebih besar dibandingkan manfaat yang bakal diterima. Al-Quran menyebut: (maksud)

“Mereka bertanya engkau (wahai Muhammad) tentang arak dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya ada dosa (keburukan) yang besar dan manfaat kepada manusia. Namun dosa (keburukan) keduanya lebih besar dari manfaatnya” (Surah al-Baqarah ayat 219).

Maka dengan itu, sekadar untuk digunakan cukai judi berkenaan untuk kegiatan sukan bukan satu alasan. Kerosakan judi lebih besar dari manfaat yang akan diterima. Membiayaan untuk membaikinya nanti jauh lebih tinggi.

3. Judi sama ada ‘dilesankan’ atau tidak dilesen keburukannya sentiasa dominan. Ia menyebabkan pembaziran tanpa sebab, sikap bergantung nasib tanpa kewarasan, merosakkan keluarga, menimbulkan tabiat suka berhutang, membawa kepada kejatuhan ekonomi individu secara mengejut, ketagihan tabiat buruk tersebut yang luar biasa dan berbagai lagi keburukan yang lain. Akal waras manusia dari semua aliran agama dan masyarakat, bahkan yang tidak beragama pun tetap menyatakan judi selalu merosakkan masyarakat.

4. Jika pun judi itu untuk masyarakat bukan Islam, saya tetap katakan masyarakat Malaysia bukan masyarakat judi. Tiada ajaran mana-mana agama yang menggalakkan judi. Tiada siapa pun dalam mana-mana bangsa atau agama dalam negara ini sanggup untuk mendakwa ‘judi adalah budaya kami’, atau ‘kebanggaan hidup kami’. Jika ada, itu terkeluar dari norma kewarasan. Tiada isteri yang normal sukakan suaminya kaki judi. Maka, jangan kaitkan atau hidupkan budaya ini secara terbuka dalam masyarakat kita. Kaki judi sentiasa dipandang negatif dalam semua masyarakat yang rasional.

5. Judi akan menggalakkan tabiat berhutang dan pergaduhan. Sama ada diberi lesen atau tidak, tetap sama. Hutang along atau hutang bank, tetap bebanan hutang. Jika diberi lesen terbuka, yang tertutup tetap berjalan seperti biasa. Itu bukan alasan yang munasabah.

6. Peranan pemerintah adalah mencegah keburukan, bukan menaja atau bersaing dengan penjenayah. Cadangan tersebut hanya mengubah ‘taukeh’ sahaja dari yang berlesen kepada yang tidak berlesen. Apakah nanti mungkin kita akan wujudkan tempat ‘hisap candu berlesen’ untuk mengelakkan penagih candu menghisapnya di tempat yang tidak berlesen? Jangan fikir lesen dan cukai keuntungan sahaja, kerajaan hendaklah berfikir kesan yang akan menimpa rakyat nanti!

7. Maka, saya sekali lagi membantah cadangan ini dan meminta semua rakyat Malaysia yang waras dan mempunyai nilai-nilai agama dan moral membantah cadangan ini!

* Tersiar dalam Malaysiakini pada 09 Mei 2010.

Tuesday, May 4, 2010

PEREMPUAN-PEREMPUAN YANG BERPAKAIAN TETAPI...

HADIS AKHIR ZAMAN:"PEREMPUAN-PEREMPUAN YANG BERPAKAIAN TETAPI…"

Oleh: Imran Al-Malizi

Daripada Abu Hurairah r.a katanya Rasulullah s.a.w telah bersabda (mafhumnya):

"Dua sifat daripada ahli Neraka, aku belum lagi melihat keduanya, satu kaum yang bersama-sama mereka cemeti-cemeti seperti ekor-ekor lembu, mereka memukul manusia dengannya. Dan perempuan-perempuan yang berpakaian (tetapi) bertelanjang, berjalan dengan bergaya (melenggang-lenggok), kepala-kepala mereka seperti bonggol-bonggol unta (mereka meninggikan gumpalan rambut mereka dengan berhias-hias), mereka tidak akan masuk Jannah (Syurga) dan tidak akan mendapatkan baunya. Dan sesungguhnya baunya (Jannah) itu boleh didapati dari jarak perjalanan demikian dan demikian.. (jauh jaraknya)."
(Hadis riwayat Imam Muslim)

Hadis ini adalah salah satu daripada mukjizat kenabian Muhammad sallallahu 'alaihi wasalam, kerana sesungguhnya telah pun berlaku perkara-perkara yang dinyatakan oleh Baginda sallallahu 'alaihi wasalam pada akhir zaman ini. Terdapat beberapa pendapat di kalangan ulama mengenai makna "berpakaian (tetapi) bertelanjang."

Pertama: Dikatakan mereka berpakaian daripada nikmat Allah tetapi 'bertelanjang' daripada mensyukurinya (tiada bersyukur).

Kedua: Dikatakan ia membuka sebahagian anggota badannya dan mendedahkan sebahagiannya dalam keadaannya secara zahir atau seumpamanya.

Ketiga: Dikatakan ia memakai pakaian yang nipis (sehingga) menampakkan warna badan (kulit)nya.

Pada zaman ini, kita dapat melihat kebenaran yang dikhabarkan oleh Nabi sallallahu 'alaihi wasalam dalam hadis di atas. Barang kali agak sukar untuk digambarkan keadaan tersebut melainkan setelah zahirnya golongan perempuan yang berpakaian seperti mana yang telah disifatkan oleh Baginda sallallahu 'alaihi wasalam itu.

Perkara yang menyedihkan ialah sebahagian daripada mereka mengaku diri sebagai muslimah, akan tetapi tidak menutup aurat dengan sempurna. Sama ada mereka berpakaian dengan mendedahkan anggota tubuh atau pun mereka mengenakan pakaian yang sempit dan ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh, kedua-duanya adalah bertentangan dengan akhlak Islam di mana seorang perempuan muslimah dituntut supaya menutup aurat dengan sempurna. Jumhur ulama berpendapat kesemua anggota tubuh perempuan adalah aurat dan wajib ditutup kecuali bahagian muka dan dua tapak tangan.

Sebahagiannya pula merasakan sudah memadai dengan memakai tudung atau menutup kepala, akan tetapi mendedahkan anggota tubuh yang lain seperti leher, dada, lengan, kaki atau berpakaian ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh.

Kejahilan adalah faktor utama yang menyebabkan kebanyakkan mereka tidak dapat memahami keutamaan dalam memelihara aurat. Sesungguhnya aurat yang zahir daripada anggota-anggota tubuh tersebut adalah lebih-lebih lagi berperanan untuk menarik perhatian lelaki ajnabi dan menaikkan nafsu syahwat berbanding dengan hanya menutup rambut atau kepala. Perbuatan mendedahkan bahagian tubuh ini adalah lebih keji daripada hanya mendedahkan rambut atau kepala. Bagaimana pun ini bukanlah hujah untuk membenarkan golongan wanita mendedahkan rambut atau bahagian kepalanya serta memperlekehkan wanita lain yang bertudung.

Ada pun faktor lain yang menyebabkan berlakunya fenomena ini adalah menularnya budaya barat yang dijadikan ikutan oleh anak-anak gadis Islam khususnya dalam cara berpakaian. Lebih parah lagi, golongan wanita yang telah berusia juga tidak ketinggalan dalam trend keruntuhan akhlak ini. Sebagai umat Islam kita dilarang daripada meniru atau menyerupai sesuatu kaum sama ada musyrikin atau kafirin. Rasulullah s.a.w telah memberi amaran dalam suatu hadis:

Daripada Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah sallallahu 'alaihi wasalam telah bersabda:

"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia adalah daripada (kalangan) mereka." (Hadis riwayat Imam Abu Daud)

Kepada kaum wanita adalah dinasihatkan supaya kembali menghayati ajaran Islam dalam etika berpakaian dan menjaga akhlak sebagai wanita muslimah. Semoga Allah Ta'ala memelihara kita dan keluarga kita daripada tergolong daripada kalangan ahli Neraka yang telah disifatkan dalam hadis di atas. Kerana Rasulullah sallallahu 'alaihi wasalam menyatakan bahawa mereka ini bukan sahaja tidak akan memasuki Syurga Allah, bahkan tidak dapat mencium baunya. Wallaahu'alam.

Rujukan:
Sahih Muslim, Kitab al-Libaas waz-Ziinah.
Sahih Muslim bisyarhi an-Nawawi .
Sunan Abu Daud.